Mau belajar
Machine Learning bagi para IT-ers? Nggak usah takut, karena ilmu kondang yang mengawali perkembangan komputasi modern di abad XX itu ternyata berasal dari Tanah Jawa. Haha.. mungkin ini sekedar
joke. Tetapi memang pada kenyataannya, orang Jawa punya ilmu warisan leluhur yang cara kerjanya mirip dengan machine learning. Ilmu itu disebut dengan
ilmu titen.
|
Kitab Betaljemur Adammakna, salah satu kitab ilmu titen warisan leluhur |
Secara etimologis, ilmu titen berasal dari kata dalam bahasa Jawa “titen” yang berarti "ingat" atau “cermat”. Sehingga niteni bisa diartikan sebagai "mengingat-ingat" atau "mencermati". Sejak jaman leluhur, ilmu titen ini membuat seseorang mampu menebak kejadian yang akan terjadi ke depan. Ilmu itulah yang konon digunakan para ahli
futurologi Jawa sekelas Jayabaya dan Ronggowarsito. Contoh penerapan ilmu titen ini misalnya adalah tradisi Jawa untuk "
memilih hari baik". Ketika orang jawa mau melaksanakan upacara menikahkan anak misalnya, maka mereka akan menentukan hari baik berdasarkan ilmu titen tersebut. Beberapa ilmu titen bahkan telah diwariskan secara turun-temurun dalam bentuk buku yang disebut dengan nama primbon, seperti misalnya Kitab Sabda Pandhita (R. Tanojo) dan Betaljemur Adam Makna (R. Soemodidjojo).
Ilmu Titen sempat di
uri-uri nenek moyang, terutama pada jaman kerajaan. Sayang sekali seiring berjalannya waktu, banyak yang menganggap ilmu ini sebagai mistis, ramalan, dan bahkan banyak yang menganggap ilmu titen adalah mithos belaka. Padahal jika dilihat dari asal-usulnya, ilmu titen bukanlah sekedar ramalan, mistis atau bahkan mithos belaka. Ilmu titen didapatkan dari hasil analisa dan pengamatan jangka panjang akan hal-hal yang sebelumnya telah terjadi secara berulang-ulang. Ilmu titen juga dihasilkan dari pengamatan akan tanda-tanda alam karena menurut para leluhur, kejadian-kejadian yang telah terjadi ataupun yang akan terjadi selalu diisyaratkan oleh tanda-tanda alam. Jadi bisa dikatakan bahwa ilmu titen diperoleh karena leluhur belajar dari data, atau tepatnya data historis (data akan hal-hal yang telah terjadi) meskipun tentu saja data tersebut belum tertsruktur seperti sekarang.
Salah satu tradisi ilmu titen yang sampai sekarang masih lumayan
eksis dan digunakan sebagian masyarakat Jawa diantaranya adalah Pranatamangsa. Pranata mangsa, dalam bahasa Jawa berarti "ketentuan musim". Ini adalah penanggalan yang telah digunakan sejak para leluhur di tanah Jawa terutama untuk kegiatan bercocok tanam atau penangkapan ikan. Pranata mangsa berbasis peredaran matahari dan siklusnya berumur 365 hari. Penanggalan ini juga memuat berbagai aspek fenomena alam lainnya yang dimanfaatkan sebagai pedoman dalam kegiatan usaha tani maupun persiapan diri menghadapi bencana seperti kekeringan, wabah penyakit, serangan pengganggu tanaman, dan sebagainya yang mungkin timbul pada waktu-waktu tertentu (
Wikipedia).
Beberapa contoh fenomena alam sebagai ilmu titen yang tertulis dalam pranatamangsa diantaranya adalah ketika daun-daun berguguran, kayu mengering, dan belalang masuk ke dalam tanah maka orang Jawa akan menandainya sebagai saat yang tepat untuk mulai menanam palawija. Ketika mata air mulai terisi, kapuk randu mulai berbuah, burung-burung kecil mulai bersarang dan bertelur, maka itulah saatnya panen palawija dilakukan. Ketika padi berbunga, jangkrik mulai muncul, tonggeret dan gangsir mulai bersuara, maka orang jawa akan menandainya sebagai dimulainya mangsa rendeng, atau mendekati musim penghujan. Luar biasa ilmu ini, sempat digunakan sebagai pedoman yang terpercaya bagi para petani. Tetapi sayang, seiring dengan terjadinya perubahan iklim dunia, pranatamangsa sudah tidak lagi akurat. Terjadinya pemanasan global di berbagai belahan dunia, diikuti fenomena El Nino dan La Nina berdampak terjadinya pergeseran musim panas (kemarau) dan musim penghujan sehingga sulit untuk diprediksi.
Ilmu Titen dan Machine Learning
Pada dasarnya, ilmu titen adalah belajar "niteni" dari data, atau peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang. Demikian juga dengan machine learning. Ilmu ini merupakan proses dimana komputer belajar dari data (learn from data). Tanpa adanya data, komputer tidak akan bisa belajar apa-apa. Semakin besar data yang dipelajari, maka akan semakin akurat hasilnya. Dengan demikian, secara prinsip machine learning dan ilmu titen memiliki kesamaan belajar dari data.
Lalu mengapa disebut Machine learning? Disebut mesin dalam hal ini lebih mendekati ‘sistem’ bukan "mekanik". Sedangkan "learning" atau pembelajaran karena mengacu pada disiplin ilmu kecerdasan buatan, yang artinya menambah pengetahuan, memahami dengan belajar dan mengikuti perintah (wikipedia). Machine learning merupakan salah satu cabang dari ilmu kecerdasan buatan (Arificial Intelligence) yang membahas mengenai pembangunan sistem yang didapat berdasarkan pada pembelajaran data.
Beberapa contoh penerapan machine learning dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah penerapan di bidang kedoteran untuk mendeteksi berbagai penyakit dengan belajar dari gejala-gejala yang ada. Contoh lainnya adalah deteksi wajah, deteksi kerusakan pada pesawat terbang, deteksi cuaca, penterjemahan tulisan tangan menjadi teks, mengubah suara menjadi teks dan lain sebagainya.
Jadi jangan takut belajar Machine Learning, karena nenek moyang kitapun telah mempelajarinya. Lets do it!
Ditulis di kaki Merbabu yang dingin, dini hari 3 September 2017.