Berbagai tempat narsis di Internet |
Bagi dosen dan peneliti, sudah banyak tempat "narsis" disediakan di Internet (lihat tulisan : Google Scholar, Tempat Narsisnya para Peneliti). Mulai dari Google Scholar, Research Gate, Academia, blablabla dan sebagainya. Lalu pentingkah itu semua? Tentu tidak, jika itu sekedar narsis, pamer diri. Tetapi akan menjadi penting jika hal itu menyangkut bahwa apa yang dia kerjakan adalah merupakan bagian dari sebuah proses perkembangan ilmu pengetahuan.
Benjamin Franklin (1706-1790) mengatakan tiga hal terkait dengan tanggung jawab seorang ilmuwan yaitu "To study, to finish, and to publish..." Kewajiban seorang peneliti tidak hanya pada sekedar mempelajari dan menyelesaikan penelitiannya, tetapi juga kewajiban publikasi sebagai bentuk diseminasi dan pertanggungjawabannya kepada masyarakat. Seorang penulis atau peneliti tentu akan sangat senang jika tulisan atau hasil penelitiannya bermanfaat bagi orang banyak. Indeks sitasi adalah salah satu yang digunakan untuk melihat, apakah publikasi kita memberi manfaat kepada orang lain. Internet sudah menyediakan banyak situs web yang menyediakan informasi indeks sitasi, diantaranya Google Scholar, CiteSeer, Scopus dan sebagainya.
Berbagai situs pengindeks tersebut tentu saja dikembangkan oleh Barat. Lalu bagaimana dengan pengindeks di Indonesia? Beberapa ilmuwan kita sebenarnya sudah mengembangkan beberapa sistem pengindeks sebelumnya. Sebut saja Indonesian Citation Index (IDCI) yang dikembangkan oleh para dosen ITB, Indonesian Publication Index (IPI) yang dikembangkan dalam Portal Garuda, serta Indonesia Science and Technology Index (InaSTI) yang dikembangkan oleh LIPI. Tetapi nampaknya kurang sukses mengelola jejaring sehingga banyak peneliti belum menggunakannya sebagai acuan.
Halaman Utama Sinta (http://sinta1.ristekdikti.go.id) |
Berbeda dengan pengindeks-an yang sudah dikembangkan sebelumnya, sistem ini nampaknya akan berhasil mengumpulkan banyak ilmuwan di Indonesia, terutama dosen, karena ada kebijakan Ristekdikti yang "memaksa" dosen untuk terlibat di dalamnya. Menurut Menristekdikti M. Nasir, SINTA akan digunakan dalam implementasi kebijakan seperti akreditasi, jabatan fungsional, dan lain-lain sehingga diharapkan akan terus update sesuai dengan kondisi terbaru penelitian di Indonesia. Sampai artikel ini ditulis, SINTA sudah berhasil mengumpulkan 9634 peneliti dan 172.564 dokumen dari para peneliti di seluruh Indonesia.
My Sinta Profile |
Gambar Visualisasi Indonesian Authors Collaboration Network |
Jakarta yang panas, Jumat 26 Mei 2017.