Let's Explore IT !

Kata mbah Bardolo, IT tidak hanya teknik.. IT tidak hanya sains..
Tetapi IT adalah juga seni, humanisme dan cinta....

Sunday, 25 June 2017

[Seputar Kampus] Lagi: Tempat Narsis Dosen ala Dewi "Sinta"

Berbagai tempat narsis di Internet
"Internet ada untuk kita bisa narsis.." kata anak saya yang masih SMP, yang suka upload foto kebersamaannya dengan teman-teman sebaya. Benar juga, pikir saya. Dan bukan hanya kamu non, papa juga pengin narsis.. hahaha..

---- oOo ----

Bagi dosen dan peneliti, sudah banyak tempat "narsis" disediakan di Internet (lihat tulisan : Google Scholar, Tempat Narsisnya para Peneliti). Mulai dari Google Scholar, Research Gate, Academia, blablabla dan sebagainya. Lalu pentingkah itu semua? Tentu tidak, jika itu sekedar narsis, pamer diri. Tetapi akan menjadi penting jika hal itu menyangkut bahwa apa yang dia kerjakan adalah merupakan bagian dari sebuah proses perkembangan ilmu pengetahuan.

Benjamin Franklin (1706-1790) mengatakan tiga hal terkait dengan tanggung jawab seorang ilmuwan yaitu "To study, to finish, and to publish..." Kewajiban seorang peneliti tidak hanya pada sekedar mempelajari dan menyelesaikan penelitiannya, tetapi juga kewajiban publikasi sebagai bentuk diseminasi dan pertanggungjawabannya kepada masyarakat. Seorang penulis atau peneliti tentu akan sangat senang jika tulisan atau hasil penelitiannya bermanfaat bagi orang banyak. Indeks sitasi adalah salah satu yang digunakan untuk melihat, apakah publikasi kita  memberi manfaat kepada orang lain. Internet sudah menyediakan banyak situs web yang menyediakan informasi indeks sitasi, diantaranya Google Scholar, CiteSeer, Scopus dan sebagainya.

Berbagai situs pengindeks tersebut tentu saja dikembangkan oleh Barat. Lalu bagaimana dengan pengindeks di Indonesia? Beberapa ilmuwan kita sebenarnya sudah mengembangkan beberapa sistem pengindeks sebelumnya. Sebut saja Indonesian Citation Index (IDCI) yang dikembangkan oleh para dosen ITB, Indonesian Publication Index (IPI) yang dikembangkan dalam Portal Garuda, serta Indonesia Science and Technology Index (InaSTI) yang dikembangkan oleh LIPI. Tetapi nampaknya kurang sukses mengelola jejaring sehingga banyak peneliti belum menggunakannya sebagai acuan.

Halaman Utama Sinta (http://sinta1.ristekdikti.go.id)
Kemenristek Dikti tidak mau ketinggalan baru saja meluncurkan Science and Technology Index atau dikenal dengan nama SINTA. Dalam situs resminya di http://sinta1.ristekdikti.go.id, disampaikan bahwa SINTA adalah sebuah portal berisi pengukuran kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi kinerja peneliti (author), kinerja jurnal (media publikasi) dan kinerja institusi, untuk mendorong budaya publikasi ilmiah di Indonesia.

Berbeda dengan pengindeks-an yang sudah dikembangkan sebelumnya, sistem ini nampaknya akan berhasil mengumpulkan banyak ilmuwan di Indonesia, terutama dosen, karena ada kebijakan Ristekdikti yang "memaksa" dosen untuk terlibat di dalamnya. Menurut Menristekdikti M. Nasir, SINTA akan digunakan dalam implementasi kebijakan seperti akreditasi, jabatan fungsional, dan lain-lain sehingga diharapkan akan terus update sesuai dengan kondisi terbaru penelitian di Indonesia. Sampai artikel ini ditulis, SINTA sudah berhasil mengumpulkan 9634 peneliti dan 172.564 dokumen dari para peneliti di seluruh Indonesia.
My Sinta Profile
Saya sendiri sudah mencoba membuat akun di situs yang berlogo gambar wayang Dewi Sinta ini. Cukup menarik, karena aplikasi ini terintegrasi dengan Google Scholar, Scopus, dan beberapa situs pengindeks yang sudah ada di Indonesia seperti IPI dan Inasti. Beberapa fitur menarik diantaranya kita bisa mendapat indek hasil kolaborasi Scolar dan Scopus, adanya visualisasi Indonesian Author Collaboration Network, dan beberapa overview lainnya.

Gambar Visualisasi Indonesian Authors Collaboration Network
SINTA juga memiliki fitur untuk melihat skor Instansi yang menjadi afiliasi penulis. UKSW misalnya. Universitas ini mendapatkan skor 954. Nampaknya masih banyak dosen UKSW yang belum mendaftar di situs ini. Baru tercatat 126 dosen (dari 400-an dosen yang dimiliki UKSW), dengan 68 artikel Scopus dan 1.425 dokumen Google Scholar.  Bandingkan misalnya dengan UGM yang sudah me-registrasi 883 dosen dengan 706 artikel Scopus dan 22.600 dokumen Goggle Scholar.


Semoga teman-teman dosen UKSW segera mendaftar ke situs ini sehingga dapat meningkatkan skor Universitas tercinta. Apalagi Dikti sudah membuat Surat Edaran juga tertanggal 7 April 2017 tentang Himbauan Pendaftaran dosen ke website SINTA. Nampaknya Dikti serius untuk menggarap situs ini menjadi rujukan bagi kebijakan-kebijakan lainnya. Ayo siapa mau narsis bareng? Hehehe.....

Jakarta yang panas, Jumat 26 Mei 2017.


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India