Senin, 5 September 2016, telah diresmikan penggunaan sebuah ruang pertemuan Fakultas Bahasa dan Seni, yang terletak di Kampus II UKSW, Jalan Kartini Salatiga. Ruang Pertemuan yang berkapasitas kurang lebih 250 orang itu secara resmi diberi nama
Ds. Tan Ik Hay, salah satu tokoh pendiri Satya Wacana.
|
Bagian Podium Ruang Tan Ik Hay |
Acara tersebut dihadiri oleh beberapa Pembina YPTKSW, Pengurus dan Pengawas YPTKSW, Pimpinan Universitas, para Pimpinan Fakultas serta unit pendukung, serta civitas akademika Fakultas Bahasa dan Seni. Dalam kesempatan tersebut hadir pula perwakilan pihak keluarga Ds. Tan Ik Hay yang diwakili oleh Jacobus B. Wiryawan, salah satu putra dari pendiri Satya Wacana tersebut. Peresmian ruang ditandai dengan pengguntingan pita oleh Drs. Lukas Supriadi, M.M (Wakil Ketua Pembina YPTKSW) dan Bapak Jacobus (Putra alm. Pdt Tan Ik Hay), didampingi Drs. Anton Wahyana, M.A (Dekan FBS, Ketua Panitia). Sedangkan Prof. Pdt. Drs. John Titaley, Th.D (Rektor UKSW) membuka pintu pertama kali sebagai tanda bahwa ruangan siap untuk digunakan.
|
Pintu Masuk Ruang Tan Ik Hay |
Dalam sambutannya, Rektor UKSW menjelaskan bahwa pemberian nama Tan Ik Hay adalah bagian dari tradisi Satya Wacana dalam memberikan penghargaan untuk pendahulu-pendahulunya. "Kita sudah memiliki Gedung Notohamidjojo dan Ruang Probowinoto. Dan saat ini kita akan meresmikan ruang ini dengan nama Ruang Tan Ik Hay.." demikian jelas John Titaley.
Tentang Tan Ik Hay
Tan Ik Hay atau Iskak Gunawan, adalah seorang Guru Injil yang berasal dari Yogyakarta. Pada tahun 1941, ia pindah ke Kota Salatiga dan melayani jemaat Kietok Kauw Hwee (sekarang Gereja Kristen Indonesia Salatiga). Setelah dua tahun sebagai guru injil, pada tanggal 20 Januari 1943 Tan Ik Hay ditahbiskan sebagai pendeta jemaat pertama Gereja yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman 111 Salatiga tersebut.
|
Ds. Tan Ik Hay, salah satu tokoh pendiri UKSW |
Dalam tugas pelayanannya di Salatiga, pada penghujung tahun 1954, Tan Ik Hay bersama dengan Pendeta Basoeki Probowinoto, S.M.A Pasariboe serta beberapa orang pendidik Kristen, menggagas berdirinya suatu Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen. Pada tanggal 3 Februari 1956 dengan akta Notaris Tan A sioe no. 21 di Semarang, dibentuklah Yayasan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia(YPTPGKI). Sarana prasarana saat itu sangatlah terbatas. Pembelajaran pertama perguruan tinggi tersebut bahkan dimulai dari sebuah rumah sederhana yang hanya berdinding bambu.
Yayasan tersebut selanjutnya mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPGKI) yang di resmikan pada tanggal 30 November 1956 di Hotel Kalitaman Salatiga dengan O. Notohamidjojo sebagai Dekan pertama. Tanggal 30 November itulah yang selanjutnya dikenang sebagai hari jadi (Dies Natalis) Universitas.
Sayang sekali, 3 tahun setelah PTPGKI berdiri, atau tepatnya pada tanggal 3 Maret 1959, Pdt Tan Ik Hay pindah lagi ke Yogyakarta, tepatnya ke GKI Ngupasan. Meski demikian, dimasa 18 tahun tugasnya di Salatiga (1941-1959), Pdt. Tan Ik Hay sudah menorehkan sejarah penting, meletakkan pondasi dan dasar-dasar yang kuat untuk berdirinya sebuah Universitas Kristen, yang pada saat ini sama-sama kita kenal sebagai Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga.
Dalam pelayanannya di Yogyakartapun, Pdt. Tan Ik Hay terus merintis pendidikan bagi Jemaat. Terhitung beberapa sekolah Kristen dikembangkan oleh Sang Pendeta. YPPN Budya Wacana dan Pendidikan Guru Atas Agama Kristen (PGAAK) merupakan beberapa contoh perhatian beliau terhadap dunia pendidikan tersebut. Selanjutnya pada tanggal 25 November 1972, Pdt. Tan Ik Hay dipanggil pulang ke rumah Bapa yang kekal.
Pihak Keluarga Menyambut Baik
Jacobus Budi Wiryawan, perwakilan pihak keluarga yang juga merupakan salah satu putra dari Pdt. Tan Ik Hay menyambut baik peresmian ruang yang menggunakan nama ayahnya tersebut. "Saya mengucapkan terima kasih kepada Satya Wacana, yang masih mengenang dan memberi penghargaan kepada ayah saya.." kata Jacobus yang saat ini juga menjabat sebagai Managing Directur Computa Yogyakarta tersebut.
|
Jacobus B Wiryawan (paling kiri) sedang berbicang bersama Rektor UKSW |
Jacobus juga menceritakan beberapa kenangannya terhadap sang ayah. "Dulu ketika kecil, saya sering ikut melayani ayah saya ke beberapa gereja di sekitar salatiga seperti Ambarawa dan Ungaran. Biasanya kami naik dokar, atau malah naik sepeda onthel. Saya sungguh bersyukur, salah satu bagian dari karya pelayanan ayah saya, berkembang besar menjadi Satya Wacana seperti yang sekarang ini.." demikian katanya. Jacobus juga berharap semoga ruang yang diremikan pada saat ini memberikan manfaat bagi seluruh civitas akademika yang menggunakannya.
|
Vocal Group Lentera Kasih ikut meramaikan acara peresmian |
|
Tampak Tengah Ruang Tan Ik Hay |
|
Meja Kursi di dalam Ruangan yang dirancang khusus |
Demikianlah, peresmian Ruang Tan Ik Hay, menjadi bagian dari
Jas Merah Satya Wacana. Jika Bung Karno pernah mengatakan "
Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah..", maka peresmian ruang ini merupakan salah satu penghargaan kepada pendahulunya, yang telah menorehkan sejarah dengan tinta emas, bagi cikal bakal berdirinya Universitas yang kita cintai ini.
Salatiga, 5 September 2016
Liputan Khusus : Perkasa Wahyu
Posted in: Seputar Kampus
Email This
BlogThis!
Share to Facebook
0 comments:
Post a Comment
Silakan masukkan komentar Anda... Bebas kok :-)