Tetapi mengintip twitter sang "pemilik" ILC tersebut, nampaknya yang dimaksud Sudden Death tersebut hanyalah ingin menegaskan bahwa pertarungan pilpres kali ini adalah pertarungan “habis-habisan”. Pertarungan pertama dan terakhir, sehingga tidak ada putaran kedua. Seperti kicauan beliau tertanggal 19 Mei 2014 yang tertulis “Akhirnya hanya dua pasangan yang maju ke pilpres. Ibarat pertandingan, pilpres akan Sudden Death. Tak ada putaran kedua””.
Menurut saya, memang sudden death. Sudden, karena pilpres kali ini penuh kejadian mendadak. Drama yang mengagetkan. Tengoklah ARB yang tanggal 18 Mei 2014 bertemu Megawati dan seolah merapat ke Jokowi, tiba-tiba pagi hari berikutnya publik dikejutkan dengan keputusannya yang mendukung Prabowo-Hatta. Meski menurut Idrus Marham hal itu dilakukan ARB setelah istikharah dan mendengarkan aspirasi masyarakat. Detik-detik akhir pendaftaran pasangan capres-cawapres memang penuh dengan kejutan.
Tokoh-tokoh kunci malah "mbalelo" dari partai-nya
Ini salah satu yang seru, lucu dan tentu saja mengagetkan.. Tokoh-tokoh senior partai malah "mbalelo" dari partainya dalam dukung-mendukung capres. Berikut adalah beberapa daftar tokoh senior partai yang memiliki sikap berbeda dengan partainya.
- Mahfud MD, meninggalkan PKB dan malah menjadi Ketua Tim Sukses Prabowo. Demikian juga dengan "Profesor" Rhoma Irama.
- Luhut Pandjaitan, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Golkar, meninggalkan partainya dan mendukung Jokowi. Demikian juga dengan sejumlah kader muda Golkar seperti Agus Gumiwang Kartasasmita, Indra J piliang, Poempida Hidayatullah dan Meutya Hafidz.
- Wanda Hamidah yang berseberangan dengan PAN dan mendukung Jokowi. Padahal ketua umumnya menjadi Wapres Prabowo.
- Harry Tanoe, "wakil presiden" yang meninggalkan sang "presiden" Wiranto dan berbalik mendukung Prabowo.
- dan masih banyak lagi..
Serunya Perang Bintang Para Jenderal
Para Jendral pun ber"perang" dalam pilpres 2014 ini. Itu yang seringkali disebut dengan perang bintang. Tengoklah para Jenderal purnawirawan yang berada di kubu yang berbeda dan saling adu cerita. Pada acara ILC kemarin malam, Kivlan Zein, mantan Kepala Staf Kostrad berusaha melakukan klarifikasi terhada isu kudeta Prabowo di tahun 1998. Beliau berulang kali mengatakan kemustahilan kudeta dalam rapat yang dilakukan pada tanggal 14 Mei sementara kerusuhan sudah berlangsung sejak sehari sebelumnya yaitu tanggal 13 Mei 1998. Ia juga menggarisbawahi bahwa Prabowo adalah seorang patriot sejati dan bukan pengkhianat bangsa.
Di samping Kivlan juga muncul nama-nama para Jendral yang mendukung Prabowo seperti Panglima TNI Laksamana (Purn) Widodo AS, mantan Menteri Penerangan Letnan Jenderal TNI (Purn) Yunus Yosfiah, mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal (Purn) Cornel Simbolon, dan MayJen TNI (Purn) Nachrowi Ramli. Sementara itu di kubu Jokowi ada juga banyak Jenderal yang berpengaruh di eranya. Sebut saja Wiranto, (Panglima Tni 98-99), A.M. Hendropriyono (Komandan Kondiklat TNI AD, Mantan Kepala BIN 2001-2004), dan Sutiyoso ( Wakil Komandan Jenderal Kopasus,1992).
Media pun "terbelah menjadi dua"
Tidak dipungkiri dan semakin terlihat bahwa media-media mainstream-pun sepertinya terbelah menjadi dua dalam porsi pemberitaan capres. Semakin tajam perbedaanya, sehingga seolah kita bisa melihat mana media pro-Jokowi dan mana media pro-Prabowo. Lihat saja Metro TV versus TV-one. Menurut saya, bobot pemberitaan di dua stasiun televisi tersebut akhir-akhir ini nampak tidak berimbang. Publik dapat dengan mudah menilai bahwa seolah-olah Metro TV adalah pemberitaan "pro Jokowi" dan begitu pula sebaliknya, tvOne "pro Prabowo". Beberapa hari yang lalu, ketika ada berita yang berbau "mendiskreditkan JK" dimana muncul Video yang diunggah di Youtube tentang pernyataan JK bahwa negara akan kacau jika dipimpin oleh Jokowi, TVone nampak begitu bersemangat memberitakannya pada petang hari 25 Mei 2014. Sementara Metro TV pun malamnya tidak mau kalah dengan memberitakan klarifikasi bahwa kritik itu disampaikan JK ketika Jokowi baru beberapa bulan memimpin Ibukota. Kalau sekarang sudah lain ceritanya.. begitulah kira-kira isi berita klarifikasi tersebut.
Ya.. Inilah Pilpres “Sudden Death” 2014. Seringkali rakyat disuguhi drama yang seru.. menegangkan.. dan kadang juga lucu. Tetapi satu yang pasti, harapan kita semua, bahwa siapapun yang terpilih memimpin negeri ini 5 tahun kedepan, mudah-mudahan akan membawa Indonesia menjadi lebih baik. Amien..
4 comments:
Pilpres kali ini cuman 2 saja dan perdaingan diantara kedua kubu sangat seru. Namun sangat disayangkan banyak sekali kampanye yang tidak sehat seperti menjelek-jelekan capres tertentu (kampanye hitam) yang banyak beredar di internet.
Betul mas Effendi.. Sebetulnya ngapain sih harus kampanye hitam? Mending #kampanyesantai aja ya.. Siapapun yang terpilih mudah-mudhan membawa bangsa ini menjadi lebih baik.. hehehe..
Halo pak Teguh Wahyono, salam kenal. Menarik sekali ulasan bapak tentang serunya persaingan ke dua kubu capres kita yang klimaxnya akan diselenggarakan besok.
Terus terang saya sependapat dengan bapak, bahwa black campaign, negative campaign atau apapun disebutnya, adalah sesuatu yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Saya juga berharap, siapapun yang nantinya terpilih sebagai presiden dan wakil presiden, semoga mereka dapat mengemban amanat, tugas dan tanggungjawabnya dengan sebaik-baiknya.
Pilpres kali ini merupakan pilpres yang paling menarik dari sepanjang sejarah hidup saya. Hanya ada 2 kandidat, dan watak yang diperlihatkan oleh kedua kandidat sangat berbeda. yang satu sejuk, yang satunya berapi-api.
Namun semua itu telah usai, kita harus kembali menjadi bangsa yang satu.
http://reklame-billboard-neonbox.com/
Post a Comment
Silakan masukkan komentar Anda... Bebas kok :-)