Masuk ke Rumah Makan tersebut, aku merasa ada yang aneh. Tidak seperti biasanya. Kulihat wajah-wajah yang "sayu" dan tidak bersemangat. Pelayan memang masih berusaha tersenyum menyambut kedatangan kami, tetapi suramnya raut wajah tidak bisa disembunyikan. Dan ketika aku baru menarik kursi untuk duduk dan pesan salah satu menu makanan favoritku, tiba-tiba HP salah seorang pelayan warung makan tersebut berbunyi. Entah kenapa, semua mata tertuju padanya. Dan setelah selesai mengangkat telpon, sang pelayan pun berkata "Ada gempa susulan.. diseputar Bundo Kandung.."
Ya Tuhan.. aku baru sadar. Aku masuk ke Warung Makan PADANG, dimana perhatian semua orang saat ini baru tertuju pada Gempa PADANG. Tentu saja mereka yang mengelola warung ini ada hubungannya dengan peristiwa gempa tersebut. Terutama dengan sanak saudara mereka yang ada di Padang.
Aku melihat semua yang berada di warung makan padang itu mendesah. Mengambil nafas dalam-dalam. Entah apa yang dipikirkan masing-masing dari mereka. Rasa laparkupun tiba-tiba hilang.. Berbaur dengan kesedihan yang mereka rasakan. Kamipun akhirnya pesan makanan ala kadarnya. Selanjutnya sambil makan, kami semua bertukar cerita. Entah mengapa tiba-tiba semua orang yang ada di Warung ini menjadi akrab. Seperti satu hati dan satu rasa. Si empunya warung bercerita bahwa keluarganya tinggal di Jalan Bundo Kandung. Tepatnya di belakang Hotel Bumi Minang di Padang. Hotel Bumi minang sendiri roboh akibat gempa 7,6 SR itu. Hotel berlantai tujuh itu kini rata dengan tanah. Sejumlah korban tewas yang tertimpa puing bangunan belum bisa dievakuasi. Tetapi untunglah keluarga mereka selamat, meski rumah rusak berat..
* * * *
Gempa.. Gempa.. Gempa..
Gempa begitu akrab dengan Indonesiaku. Gempa begitu akrab dengan saudara-saudaraku. Di Aceh, Klaten, Jogja, Jakarta, Tasikmalaya dan sekarang Sumatera barat...
Tuhan, apakah ini cobaanMu? Apakah ini hukuman-Mu? Atau, apakah ini karya agungMu, sebagai pemelihara keseimbangan alam?
Doa kami, semoga musibah ini tidak melebihi kekuatan kami untuk menanggungnya...
Amien
Pojok Cerita lainnya :